You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Desa Cileunyi Wetan
Desa Cileunyi Wetan

Kec. Cileunyi, Kab. Bandung, Provinsi Jawa Barat

Selamat Datang di Website Pemerintah Desa Cileunyi Wetan Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung Cileunyi Wetan Maju, Mandiri dan Sejahtera Melalui Pembangunan Partisipatif yang Berakhlakul Karimah

Sosialisasi Pencegahan Stunting Di Posyandu Melati Putih RW 17 Kp Bojong Malati ( DD Ta 2019 )

Rida Hapida 03 Januari 2020 Dibaca 422 Kali
Sosialisasi Pencegahan Stunting Di Posyandu Melati Putih RW 17 Kp Bojong Malati ( DD Ta 2019 )

Memahami Stunting pada Anak

  

Stunting pada anak kerap menjadi pertanyaan orang tua ketika berkunjung ke dokter anak. Simak penjelasan berikut ini mengenai penyebab stunting pada anak dan ciri-cirinya.

Stunting adalah kondisi ketika anak lebih pendek dibandingkan anak-anak lain seusianya, atau dengan kata lain, tinggi badan anak berada di bawah standar. Standar yang dipakai sebagai acuan adalah kurva pertumbuhan yang dibuat oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Di Asia Tenggara, Indonesia menempati posisi ke-3 untuk jumlah stunting terbanyak. Pada tahun 2018, walaupun jumlahnya turun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, masih ada 3 dari 10 balita Indonesia yang mengalami stunting.

Penyebab Stunting pada Anak

Stunting terjadi karena kurangnya asupan gizi pada anak dalam 1000 hari pertama kehidupan, yaitu semenjak anak masih di dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya asupan protein.

Stunting pada anak bisa disebabkan oleh masalah pada saat kehamilan, melahirkan, menyusui, atau setelahnya, seperti pemberian MPASI yang tidak mencukupi asupan nutrisi.

Selain nutrisi yang buruk, stunting juga bisa disebabkan oleh kebersihan lingkungan yang buruk, sehingga anak sering terkena infeksi. Pola asuh yang kurang baik juga ikut berkontribusi atas terjadinya stunting. Buruknya pola asuh orang tua sering kali disebabkan oleh kondisi ibu yang masih terlalu muda, atau jarak antar kehamilan terlalu dekat.

Ciri-Ciri Anak Mengalami Stunting

Stunting pada anak akan terlihat dari perawakan anak yang kerdil saat mencapai usia 2 tahun, atau lebih pendek dibandingkan anak-anak seusianya dengan jenis kelamin yang sama. Selain pendek atau kerdil, anak yang mengalami stunting juga terlihat kurus. Walaupun terlihat pendek dan kurus, tubuh anak tetap proporsional. Tetapi perlu diingat, tidak semua anak yang pendek itu disebut stunting, yah.

Selain mengalami gangguan pertumbuhan, stunting pada anak juga memengaruhi perkembangannya. Anak dengan stunting akan mengalami penurunan tingkat kecerdasan, gangguan berbicara, dan kesulitan dalam belajar. Akibatnya, prestasi anak di sekolah akan buruk. Dampak lebih jauh dari stunting adalah pada masa depan anak, di mana ia akan sulit mendapatkan pekerjaan ketika dewasa.

Anak dengan stunting juga memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah, sehingga lebih mudah sakit, terutama akibat penyakit infeksi. Selain itu, anak yang mengalami stunting akan lebih sulit dan lebih lama sembuh ketika sakit. Stunting juga memberikan dampak jangka panjang terhadap kesehatan anak. Setelah dewasa, anak akan rentan mengalami penyakit diabetes, hipertensi, dan obesitas.

Seluruh ciri-ciri anak stunting ini sebenarnya adalah dampak dari kurangnya nutrisi, seringnya terkena penyakit, dan salahnya pola asuh pada 1000 hari pertama kehidupan, yang sebenarnya dapat dicegah namun tidak dapat diulang kembali.

Mencegah Stunting pada Anak

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, gangguan tumbuh kembang akibat stunting bersifat menetap, yang artinya tidak dapat diatasi. Namun, kondisi ini sangat bisa dicegah, terutama pada saat 1000 hari pertama kehidupan anak, dengan cara sebagai berikut:

  • Penuhi kecukupan nutrisi ibu selama kehamilan dan menyusui, terutama zat besi, asam folat, dan yodium.
  • Lakukan inisiasi menyusui dini dan memberikan ASI eksklusif.
  • Lengkapi pengetahuan mengenai MPASI yang baik dan menerapkannya.
  • Biasakan perilaku hidup bersih dan sehat dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air, terutama sebelum menyiapkan makanan dan setelah buang air besar atau buang air kecil, meminum air yang terjamin kebersihannya, dan mencuci peralatan makan dengan sabun cuci piring. Semua ini dilakukan untuk mencegah anak terkena penyakit infeksi.

Bunda dan Ayah juga perlu memeriksakan Si Kecil ke Posyandu atau Puskesmas secara rutin, agar kenaikan berat badan dan tinggi badannya dapat dipantau, untuk kemudian dibandingkan dengan kurva pertumbuhan dari WHO. Pemeriksaan ini dianjurkan untuk dilakukan setiap bulan bagi anak berusia di bawah 1 tahun, dan setiap 3 bulan bagi anak berusia 1-2 tahun.

Selain pemantauan terhadap tinggi badan dan berat badan, pemeriksaan rutin ini juga diperlukan untuk melakukan evaluasi kemungkinan terjadinya infeksi pada anak, seperti cacingan, TBC, infeksi saluran kencing, dan diare berulang.

Walaupun stunting adalah kondisi gangguan pertumbuhan yang tidak bisa diperbaiki, penanganan sedini mungkin tetap penting untuk dilakukan agar kondisi anak tidak semakin parah. Konsultasikan segera dengan dokter anak bila Si Kecil terlihat lebih pendek dibandingkan anak-anak seusianya.

 

AGAR ANAK SEHAT DAN CERDAS, MARI CEGAH STUNTING SEJAK DINI

 

 

Anda dan pasangan memiliki anak berusia di bawah tiga tahun? Jika ya, jangan abaikan rutinitas mengukur tinggi dan berat badan si bayi sebagai indikator tumbuh kembang balita. Dengan membandingkan berat dan tinggi badan bayi dengan standar World Health Organization (WHO), Anda bisa mendeteksi apakah si buyung kekurangan gizi atau tidak.

Kekurangan gizi ini bisa menjadikan pertumbuhan anak, baik fisik maupun otak, mengalami kemandekan. WHO mendefinisikan kegagalan pertumbuhan anak akibat gizi buruk, terkena infeksi berulang kali, dan kekurangan stimulasi psikososial sebagai stunting.

Yang patut kita waspadai adalah, angka anak-anak yang tergolong dalam kriteria stunting di Indonesia terbilang tinggi. Kenyataan ini tercermin dari hasil berbagai riset yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemkes). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan Kemkes tahun 2018 mengungkap persentase anak-anak yang terbilang stunting di Indonesia mencapai 30,8%.

Pemantauan Status Gizi (PSG) yang digelar Kemkes di tahun 2017 menunjukkan hasil yang tak jauh berbeda. Kegiatan itu mengungkap persentase anak bawah lima tahun (balita) yang mengalami stunting sebesar 29,6%. Kedua persentase ini lebih tinggi dibandingkan dengan standar persentase stunting yang ditetapkan oleh WHO, yaitu 20%.

 

Bahaya stunting

  1. Kerusakan sel otak

 Tidak cuma para orangtua, kita semua patut mencemaskan angka stunting yang tinggi di negeri ini. Mengapa? Pertama-tama karena dampak stunting pada anak bukan hanya tampak pada pertumbuhan anak secara fisik, tetapi juga otak anak. Nah, jika pertumbuhan anak secara fisik masih bisa dikejar, tidak demikian halnya dengan pertumbuhan otak. Bahkan, anak yang mengalami stunting memiliki risiko mengalami kerusakan sel otak.

  1. Kemampuan kognitif terbatas

 Akibat pertumbuhan otak yang terganggu, anak-anak yang mengalami stunting akan mengalami kesulitan belajar karena kemampuan kognitifnya terbatas. Dampak pertumbuhan otak yang terhambat ini akan berlanjut ke usia produktif. Di masa dewasanya, anak-anak stunting memiliki produktivitas yang lebih rendah dibandingkan rekan-rekan sebayanya.

Dampak lain dari stunting yang tak kalah merugikan adalah menurunkan sistim imunitas tubuh. Anak-anak stunting lebih rentan terjangkit berbagai infeksi. Sedemikian rentannya imunitas anak stunting sehingga ia menghadapi risiko kematian akibat terjangkit infeksi yang terjadi berulang kali.

  1. Pencernaan terganggu

Stunting juga menyebabkan sistem pencernaan seorang anak terganggu. Kondisi ini menggiring sang anak untuk ke pola makan yang tidak sehat. Tak heran, anak-anak stunting di masa hidupnya memiliki risiko obesitas, hipertensi, dan diabetes.

Dengan sederet akibat buruk yang ditimbulkannya, stunting memang kondisi yang harus diperangi bersama-sama. Namun sebelum bisa mencegah stunting, kita perlu memahami apa saja penyebab seorang anak mengalami kondisi stunting

 Penyebab dan pencegahan stunting

 Seperti telah disebut di atas, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh yang menimpa anak di bawah lima tahun, alias balita. Ada beberapa hal yang menyebabkan seorang balita stunting.

  1. Anak mengalami kekurangan gizi kronis

 Hal ini terjadi untuk jangka panjang sehingga menyebabkan anak mudah terjangkit infeksi, serta kekurangan stimulasi psikososial. Psikososial adalah kondisi yang menggambarkan hubungan antara kondisi sosial seseorang dengan kesehatan mental atau emosionalnya. 

  1. Orangtua tidak sadar kebutuhan gizi anak sejak dalam kandungan

 Seorang anak mengalami kekurangan gizi bisa jadi karena orangtua tidak menyadari bahwa mereka harus memasok gizi yang memadai ke anaknya sejak anak masih berbentuk janin dalam kandungan ibunya. Dugaan ini merujuk ke hasil Riskesdas yang memotret kondisi konsumsi ibu hamil dan bayinya selama 2016-2017.

Hasil penelitian itu menunjukkan satu dari lima ibu hamil masih kurang gizi. Lalu, tujuh dari ibu hamil mendapatkan asupan dengan kandungan kalori dan protein yang tidak memadai. Nah, anak-anak dari ibu hamil yang kurang gizi jelas terancam stunting. Mengapa? Karena stunting terjadi akibat kekurangan gizi yang dialami sang anak sejak ia dalam kandungan sampai berusia 1.000 hari.

  1. Orangtua tidak menyediakan asupan bergizi pada anak

 Setelah sang bayi lahir, banyak orangtua di Indonesia juga masih abai dalam menyediakan asupan yang bergizi. Kenyataan ini terungkap dari hasil Riskesdas yang sama. Penelitian itu menunjukkan tujuh dari 10 anak-anak balita mengalami kekurangan kalori, dan lima dari 10 balita kekurangan protein. Hal ini bisa menyebabkan stunting pada bayi.

  1. Kesehatan ibu

 Faktor lainnya yang menyebabkan stunting adalah terjadi infeksi pada ibu, kehamilan remaja, gangguan mental pada ibu, jarak kelahiran anak yang pendek, dan hipertensi. 

  1. Sanitasi tidak bersih

 Selain itu, rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk akses sanitasi dan air bersih menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi tumbuh kembang balita.

 Langkah mencegah stunting

  1. Makan makanan bergizi sejak hamil

 Jadi, untuk memastikan anak Anda tak terhambat pertumbuhan otak dan fisiknya, langkah pertama yang harus Anda lakukan adalah memastikan sang ibu memakan makanan bergizi sejak masa kehamilan. Bagi para ibu, gizi anak yang memadai di saat hamil bisa didapatkan melalui konsumsi beragam sayur dan buah-buahan. 

  1. Memenuhi gizi anak sejak bayi

 Penuhi pula kebutuhan gizi anak Anda sejak ia lahir hingga remaja untuk menghindari stunting pada bayi. Saat masih bayi, berikan anak Anda air susu ibu (IBU) atau susu formula selama enam bulan. Selanjutnya, berikan asupan gizi anak melalui makanan pendamping ASI (MPASI). Anda bisa mengikuti panduan MPASI yang dianjurkan WHO untuk anak-anak yang sudah mulai makan. 

  1. Memenuhi gizi anak saat remaja

 Saat usia remaja, jangan lupa sesuaikan asupan gizi anak dan jumlah makanan untuk anak untuk memastikan tubuh dan otak anak dapat bertumbuh secara optimal. Kecukupan gizi anak di usia remaja akan menjadi modal yang sangat penting bagi seorang perempuan kelak saat ia mengandung nanti. 

  1. Konsumsi air bersih

 Yang tak dapat diabaikan juga ialah gunakan air bersih baik untuk aktivitas sehari-hari seperti mandi dan cuci kakus, sanitasi yang baik, serta mengonsumsi air bersih. Mengonsumsi air yang bersih akan membuat tubuh sehat dan terhindar dari infeksi yang bisa menyebabkan ibu dan anak mengalami stunting.

Selain memperhatikan gizi anak sebagai upaya mencegah stunting, jangan lupa pula mencegah pengeluaran yang besar akibat biaya pengobatan yang tinggi dengan memiliki asuransi kesehatan keluarga. Salah satu produk yang bisa Anda pertimbangkan adalah Cigna Family Care Optima, asuransi kesehatan yang bisa melindungi hingga lima anggota keluarga dalam satu polis. Dengan memiliki Cigna Family Care Optima, Anda bisa memperoleh uang pertanggungan dengan total manfaat mulai dari Rp100 juta hingga Rp400 juta per tahun.

Mari, lindungi diri Anda dan balita dari stunting dengan memperhatikan gizi anak dan tumbuh kembang balita. Untuk proteksi terbaik, saatnya memiliki asuransi kesehatan keluarga dari Cigna.

Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image